Bunyi Kehidupan, Soundscape yang Terlupa Oleh Bayu Arsiadhi Putra

 

Tutuplah mata Anda sejenak dan coba dengarkan berbagai bunyi dari tempat Anda berada. Dari kursi saya, di pagi hari, saya bisa mendengar suara mesin cuci secara periodik yang hanya teredam oleh pintu yang agak tertutup. Di kamar sebelah, kedua anak saya sedang bermain dengan intensitas pitch agak tinggi, tetapi mendayu-dayu. Jika lebih konsentrasi, saya bisa mendengar suara genset, entah dimana, seperti pesawat yang melintas langit, juga mengingatkan suara kulkas tetangga sebelah yang ditempatkan berseberang dengan jendela tempat saya duduk. Ini adalah bunyi kehidupan sehari-hari saya. Dan, saya rasa banyak orang yang memiliki bunyi lingkungan yang serupa dengan ini. Bagi saya, suara-suara tersebut unik di mana pun mereka muncul.

Ketika membaca pragaf di atas, anda mungkin mencoba ‘membunyikan’dalam pikiran, sebuah proses yang disebut dengan audiation[1]. Walaupun citra bunyi yang hadir dalam proses mental saya berbeda dengan orang lain, namun jelas jika bunyi dapat menjadi media komunikasi. Bunyi membawa makna, emosi, ingatan, dan fakta melalui bahasa, musik dan rekaman. Bunyi ketika dipahami sebagai lingkungan adalah soundscape (pemandangan bunyi).Soundscapedapat dirancang secara sadar oleh individu atau kelompok, dapat juga merupakan produk alamiah.Soundscape merupakan alat ampuh yang membantu manusia berhubungan dengan lingkunganya.

Dalam konteks lingkungan hutan, soundscape yang dipenuhi banyak jenis kicauan burung dan aktivitas hewan lainnya akan menunjukkan ekosistem yang sehat, beragam, dan tangguh. Sebaliknya, ekosistem yang didominasi oleh satu sumber suara, seperti dengung jangkrik, menggambarkan potensi kurangnya keanekaragaman dan ketahanan. Semakin tangguh suatu lingkungan, semakin besar kemampuannya untuk menghadapi gangguan yang berpotensi menjadikan pemandangan bunyi mengalami kerusakan dan perubahan.


Hal penting lainnya adalah cara-cara suara berinteraksi satu sama lain. Hipotesis “ceruk akustik” yang dikembangkan oleh Bernie Krause menyatakan bahwa semua organisme menempati pita frekuensi spesifik dan fungsional dalam suatu ekosistem. Misalnya, jika di padang rumput ada jangkrik dan burung, desis ular akan berada pada pita frekuensi yang berbeda atau akan terjadi pada waktu yang berbeda dari panggilan burung. Oleh karenanya, setiap kelompok organisme dapat berkomunikasi dengan baik guna bertahan hidup, atau melakukan panggilan kawin. Sementara suara bising yang timbul dari aktivitas manusia memaksa organisme untuk mengubah perilaku mereka, dan beradaptasi dengan frekuensi baru.Mode komunikasi alami organisme menjadi tidak efektif di tengah perubahan, membahayakan kebugaran dan kelangsungan hidup spesies.

Musik adalah salah satu soundscape yang paling umum digunakan untuk ekspresi budaya, karena musik menarik pendengar ke dalam lingkungan mereka saat diciptakan. Menggabungkan suara pejalan kaki, riuh pedagang kali kima di Malioboro dengan narasi lirik “yogyakarta” Kla Project, memaksa kita untuk membuat asosiasi budaya masayarakat yogyakarta.

Akhirnya, soundscape membantu orang terhubung kembali dengan dengan indera (pendegaran) utama kita dengan cara yang lebih bermakna dan fokus. Jika ini terjadi, akan berdampak kritis terhadap pengembangan kebijakan dan regulasi. Ketika orang semakin sadar dengan bunyi lingkungan, tentunya dampak kebisingan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan akan selalu dipersoalkan. Sehingga arsitektur dan tata kota diatur dengan mempertimbangkan aturan akustik. Banyak kota di dunia telah menggunakaan kendaran listrik, artinya mengurangi tingkat kebisingan, dan masyarakat bersatu mengatasi ‘polusi suara’.

Sekarang, tutup kembali mata kita. Apa yang kita dengar? Catat suara-suara yang dihasilkan oleh manusia, suara angin, hujan, dan hewan? Mana yang lebih lazim? Bagaimana bunyi itu membuat Anda merasa lelah? Senang? Marah? dan produktif? Adakah suara yang memikat? Jika demikian, terus dengarkan. Amati bagaimana suara lingkungan selalu berubah disekitar kita. Lanjutkanhingga persepsi kita mulai berbicara menggantikan indera pendengaran. Setelah mendengarkannya, apakah Anda ingin mengubah bunyi lingkungan Anda saat ini?

Meskipun penting memahami bagaimana orang lain mendengarkan dan berhubungan dengan ‘tirai’ suara mereka, namun tidak kalah penting adalah memahami hubungan Anda dengan tata suara Anda sendiri. Soundscape apa yang ideal bagi Anda? Dan langkah yang dapat diambil untuk menciptakan lingkungan itu? Perubahan pada soundscape hanya akan datang melalui aksi individual. Periksa kebiasaan dan tindakan Anda, apakah menutup pintu dengan bantingan atau mengambil waktu ekstra untuk memastikan pintu tertutup dengan lembut? Barangkali Anda akan memutuskan berakhir pekan dengan diiringi suara ac di kamar, menikmati suara anak-anak bermain, dedaunan jatuh dan kicau burung.

Jika kita sudah mulai menyadari bagaimana suara mempengaruhi dunia di sekitar kita, ini bisa menjadi kekuatan pendorong terbentuknya masyarakat yang sadar secara sonik. Lebih jauh, dapat digunakan untuk mengkritik regulasi tata suara perkotaan (jika ada). Sekarang adalah saatnya untuk bertindak untuk membuat dunia terdengar seperti apa yang kita inginkan.



[1] Audiation adalah penyataraan suara musikal ke dalam bahasa. Ketika kita mendengarkan orang berbicara , kita harus mengingat suara vokal mereka cukup lama dapat mengenali dan memberikan makna yang setara pada kata-kata yang mewakili suara.

Komentar

Postingan Populer