Bunyi Kehidupan, Soundscape yang Terlupa Oleh Bayu Arsiadhi Putra
Tutuplah mata Anda sejenak dan coba dengarkan berbagai bunyi dari tempat Anda berada. Dari kursi saya, di pagi hari, saya bisa mendengar suara mesin cuci secara periodik yang hanya teredam oleh pintu yang agak tertutup. Di kamar sebelah, kedua anak saya sedang bermain dengan intensitas pitch agak tinggi, tetapi mendayu-dayu. Jika lebih konsentrasi, saya bisa mendengar suara genset, entah dimana, seperti pesawat yang melintas langit, juga mengingatkan suara kulkas tetangga sebelah yang ditempatkan berseberang dengan jendela tempat saya duduk. Ini adalah bunyi kehidupan sehari-hari saya. Dan, saya rasa banyak orang yang memiliki bunyi lingkungan yang serupa dengan ini. Bagi saya, suara-suara tersebut unik di mana pun mereka muncul.
Dalam konteks lingkungan hutan, soundscape yang dipenuhi banyak jenis kicauan burung dan aktivitas
hewan lainnya akan menunjukkan ekosistem yang sehat, beragam, dan tangguh.
Sebaliknya, ekosistem yang didominasi oleh satu sumber suara, seperti dengung
jangkrik, menggambarkan potensi kurangnya keanekaragaman dan ketahanan. Semakin
tangguh suatu lingkungan, semakin besar kemampuannya untuk menghadapi gangguan
yang berpotensi menjadikan pemandangan bunyi mengalami kerusakan dan perubahan.
Musik adalah salah satu soundscape
yang paling umum digunakan untuk ekspresi budaya, karena musik menarik
pendengar ke dalam lingkungan mereka saat diciptakan. Menggabungkan suara
pejalan kaki, riuh pedagang kali kima di Malioboro dengan narasi lirik
“yogyakarta” Kla Project, memaksa kita untuk membuat asosiasi budaya
masayarakat yogyakarta.
Akhirnya, soundscape
membantu orang terhubung kembali dengan dengan indera (pendegaran) utama kita
dengan cara yang lebih bermakna dan fokus. Jika ini terjadi, akan berdampak
kritis terhadap pengembangan kebijakan dan regulasi. Ketika orang semakin sadar
dengan bunyi lingkungan, tentunya dampak kebisingan terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan akan selalu dipersoalkan. Sehingga arsitektur dan tata kota
diatur dengan mempertimbangkan aturan akustik. Banyak kota di dunia telah
menggunakaan kendaran listrik, artinya mengurangi tingkat kebisingan, dan
masyarakat bersatu mengatasi ‘polusi suara’.
Sekarang, tutup kembali mata kita. Apa yang kita dengar? Catat
suara-suara yang dihasilkan oleh manusia, suara angin, hujan, dan hewan? Mana
yang lebih lazim? Bagaimana bunyi itu membuat Anda merasa lelah? Senang? Marah?
dan produktif? Adakah suara yang memikat? Jika demikian, terus dengarkan. Amati
bagaimana suara lingkungan selalu berubah disekitar kita. Lanjutkanhingga
persepsi kita mulai berbicara menggantikan indera pendengaran. Setelah
mendengarkannya, apakah Anda ingin mengubah bunyi lingkungan Anda saat ini?
Meskipun penting memahami bagaimana orang lain mendengarkan dan
berhubungan dengan ‘tirai’ suara mereka, namun tidak kalah penting adalah
memahami hubungan Anda dengan tata suara Anda sendiri. Soundscape apa yang ideal bagi Anda? Dan langkah yang dapat diambil
untuk menciptakan lingkungan itu? Perubahan pada soundscape hanya akan datang melalui aksi individual. Periksa
kebiasaan dan tindakan Anda, apakah menutup pintu dengan bantingan atau
mengambil waktu ekstra untuk memastikan pintu tertutup dengan lembut?
Barangkali Anda akan memutuskan berakhir pekan dengan diiringi suara ac di
kamar, menikmati suara anak-anak bermain, dedaunan jatuh dan kicau burung.
Jika kita sudah mulai menyadari bagaimana suara mempengaruhi
dunia di sekitar kita, ini bisa menjadi kekuatan pendorong terbentuknya masyarakat
yang sadar secara sonik. Lebih jauh, dapat digunakan untuk mengkritik regulasi
tata suara perkotaan (jika ada). Sekarang adalah saatnya untuk bertindak untuk
membuat dunia terdengar seperti apa yang kita inginkan.
[1] Audiation adalah penyataraan suara musikal ke dalam bahasa. Ketika kita mendengarkan orang berbicara , kita harus mengingat suara vokal mereka cukup lama dapat mengenali dan memberikan makna yang setara pada kata-kata yang mewakili suara.
Komentar
Posting Komentar