MENGGELITIK PELAKU SENI MUSIK: SEBUAH INTERMEZO OLEH HERMAN MANSA

 

Muara Swara Art Community atau dibahasa Indonesia-kan menjadi Komunitas Muara Swara Art adalah sebuah komunitas kecil yang ada di Kota Samarinda dan markasnya yang dinamai Muara Swara Art Space merupakan suatu komunitas yang berfungsi sebagai wadah ekspresi, eksperimentasi, dan pengkajian seni musik. Cukup bebas dan maha luas di komunitas ini semampu mungkin mengulik seni musik atau kebiasaan bermusik masyarakat kolektif secara tradisional dan modern.


Sumber : Pinterest.com/SannyVanLoon


Kerap kali kami (Komunitas Muara Swara Art) membuat diskusi-diskusi kecil mengenai musik sebagai suatu kesenian yang maha luas, bersinggungan dengan seni suara yang satu ini seperti tidak ada habisnya. Bagaimana tidak? Kebiasaan bermusik masyarakat kolektif tradisional dan modern semakin hari semakin aduhai kompleksnya. Musik sudah menjadi lahan basah untuk kaum-kaum pencinta musik sebagai medium eksistensi hingga medium mencari kesejahteraan hidup.

Di kota Samarinda khususnya pelaku seni musik (sebutan terhadap orang-orang yang bekutat di bidang musik) berdiri dari berbagai macam bentuk mulai dari paguyuban, band indie, band-band reguler, hingga pengamen di pinggir jalan. Kami melihat fenomena ini sebagai suatu fenomena yang menggambarkan bahwa senyata-nyatanya masyarakat Samarinda adalah kumpulan masyarakat yang sangat mengerti dengan cara memanfaatkan seni musik sebagai kepemilikan secara kolektif.

Hanya saja ketimpangan sering terjadi, ketimpangan yang dimaksudkan di sini adalah ketimpangan-ketimpangan sosial dalam artian sesungguhnya yaitu problematika di belakang itu semua sangatlah kompleks yakni orang-orang yang berkutat di wilayah musik kerap kali terjebak di antara ketergantungan pemerintah, job dan event. Hal ini sebenarnya sangatlah lumrah, akan tetapi hal ini tidak dapat terus menerus ‘dilumrahkan’ pasalnya tidak semua yakni pemerintah, job dan event itu datang terus menerus seperti hujan lebat di sepanjang hari, sudah tentu hal-hal ini menjadi sebuah persoalan temporal. Dalam hal ini pelaku seni musik memerlukan pengelolaan seni atau manajemen pertunjukan musiknya secara individu sebagai sebuah medium untuk tetap eksis dan mensejahterahkan pelaku seni itu sendiri.

Ada sebuah anggapan terhadap pelaku seni yang berkembang saat-saat teman-teman Muara Swara Art sedang gabut-gabutnya di basecamp yang menganggap bahwa sejatinya, musisi atau pelaku seni musik itu adalah sekumpulan orang-orang yang wilayahnya berkutat pada urusan-urusan penampil. Sehingga, terbesit pikiran bahwa, tidak ada salahnya kalau orang-orang musik ini juga memikirkan bagaimana untuk membuat panggungnya sendiri secara lebih terstruktur dan terkonsep dengan baik. Mulai dari bagaimana memanajemen pertunjukan, memperhitungkan aset, publikasi, serta pengadaan-pengadaan instrument pertunjukannya sendiri. Sehingga alangkah akan membahagiakannya apabila setiap kelompok/pelaku seni musik ini setiap pekan atau bulannya membagikan pengumuman bahwa mereka mengadakan sebuah pertunjukan. Tentunya, dengan bentuk ticketing dan publikasi yang memadai sehingga iklim dan atmosfir seni musik di kota Samarinda tidak akan kalah dengan kota-kota di Indonesia yang memang rajin melakukan hal tersebut, dan hasilnya terselamatkanlah eksistensi dan pelestarian musik itu sendiri.

Memang, hal tersebut tidak akan begitu mudah dilakukan lantaran tidak semua pelaku seni musik yang ada saat ini memiliki kesadaran akan hal tersebut, terlebih lagi zona nyaman yang ditawarkan oleh job dan event yang begitu menggiurkan. Lantas memang, karakteristik dari pelaku seni musik yang berkembang saat ini terdiri dari karakter ‘seni adalah kepuasan’ dan ‘seni untuk kesejahteraan’. Tidak ada hal-hal yang salah dari itu semua, kesimpulannya adalah tidak ada salahnya kok kalau membuat pertunjukan sendiri menggunakan manajemen dan pengelolaan pertunjukan, semua karakteristik pelaku seni musik itu sendiri dengan sendirinya akan benar-benar terpenuhi.

Tulisan ini lahir hanya untuk menggelitik secara iseng, syukur-syukur ada yang tersadarkan dan sangat bersyukur ketika ada yang menyalahkan itu tandanya kita semua masih memiliki kepedulian terhadap perilaku musik kita sendiri.



Ditulis Herman Mansa seorang Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, yang saat ini sebagai anggota Komunitas Muara Swara Art yang kerap kali mengurus hal-hal yang berbau Media di Komunitas Muara Swara Art, menyukai seni teater dan musik. 

Komentar

Postingan Populer